Selasa, 11 Desember 2012

NILAI


A. PENGERTIAN NILAI
Suatu konsep serumit nilai tidak bisa didefinisikan secarasederhana. Tiga orang penulis klasik mengenai nilai (Kluckkohn, 1951; Maslow, 1959; Rokeach, 1973) menyatakan bahwa nilai adalah keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide, tingkah laku, kebiasaan atau objek yang menyusun suatu standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai adalah keyakinan yang mendasari seseorang melakukan tindakan dan tindakan itu kemudian menjadi suatu standar atas tindakan yang selanjutnya, pengembangan dan mempertahankan sikap atas objek-objek yang terkait, penilaian moral pada diri sendiri serta perbandingan diri dengan orang lain. Jika seseorang memiliki nilai tertentu, maka ia secara pribadi dipilih, ditafsirkan, dibenarkan, dan diutamakan lebih tinggi dari yang lain.

B. PEMBENTUKAN NILAI
Nilai dapat dipelajari melalui observasi, pertimbangan dan pengalaman (Hamilton 1992). Seorang individu akan mengobservasi tingkah laku dalam lingkungan tertentu dan mencatat respons yang dihasilkan. Tingkah laku yang berhasil atau produktif kemudian akan dapat diadopsi sebagai panduan untuk melakukannya. Misalnya, ketika anak-anak untuk pertama kalinya memasuki sekolah, mereka mengobservasi respon positif guru yang diberikan pada murid yang telah menyelesaikan tugas mereka dengan bersih dan tepat. Meeka akan melihat orangtua dan guru memacu tingkah laku “murid yang baik” dengan pujian verbal, nilai yang tinggi atau keuntungan khusus. Banyak anak-anak yang memberikan respons dengan melakukan asimilasi nilai tradisional yang diasosiasikan dengan akademik baik dari apa yang telah mereka amati : mengikuti petunjuk, tetap rapi dan tepat waktu, serta memberikan jawaban yang tepat atas suatu pertanyaan.
Sebuah ilustrasi tentang bagaimana nilai pendidikan terbentuk melalui proses pertimbangan adalah pendidik yang telah mengkaji nilai pendidikan tradisional dan sekarang bekerja untuk meningkatkan nilai pelengkap atau nilai yang berbeda. Dalam usaha untuk meningkatkan kreativitas, ekspresi diri dan pertanyaan akademik pada anak-anak yang lebih muda, pendidik ini mungkin tidak terlalu menekankan pada konfirmasi arah. Jawaban yang “tepat” atau ketepatan ejaan. Anak-anak dalam lingkungan pendidikn seperti ini akan belajar berbagai nilai akademik yang berbeda.
Untuk melanjutkan contoh pencapaian nilai pendidikan, beberapa individe membentuk nilai mereka melalui pengalaman. Sering kali orang yang lebih muda tidak terlalu memerhatikan pendidikan sampai mereka memiliki pengalaman dalam kehidupan yang membuat mereka mengkaji ulang pelajaran dan pertumbuhan pribadi. Keteka mereka kkembali ke sekolah dengan suatu perangkat nilai yang baru, mereka sering kali menjadi sangat berhasil.
Di lain pihak, klien mungkin membentuk nilai dari proses observasi, pemahaman, dan pengalaman. Misalnya memulai suatu program latihan yang berhasil mungkin menjadi [endidikan tentang keuntungan latihan (pemahaman), pengamati hasil positif dari latihan rutin di dalam anggota keluarga, atau sebagai hasil dari pengalaman sakit, seperti serangan jantung.
Nilai yang dipegang oleh suatu kelompok professional mungkin juga terbentuk pemahaman, observasi, dan pengalaman. Peserta didik keperawatan dapat mempelajari empati, nilai keperawatan dengan menggunakan pemahaman untuk mempertimbangkan makna dibalik tingkah laku manusia. Misalnya, ketika seseorang memahami bahwa orang muda sering sekali bergabung dalam kelompok jalanan karena kebutuhan seorang manusia terhadap keluarga, keterikatan dan dukungan, rasa empati terhadap anggota kelompok jalanan muda mungkin dapat berkembang. Peserta didik keperawatan juga dapat mengobservasi efek dari pemberian perawatan empati. Dengan memperlihatan perawatan yang penuh perhatian  dan terampil akan menenangkan individu konfusi dapat membantu peserta didik dalam mempelajari nilai empatik perilaku dan mendengar. Pengalaman pribadi peserta didik keperawatan yang merasa asing dan bingung diantara perawat professional dan dokter sering kali menimbulkan perasaan empati dari peserta didik pada klien yang juga lebih merasa asing dan takut untuk menanyakan sesuatu.  Peserta didik keperawatan yang tahu bagaimana perasaan tersebut dari pengalaman pribadi mereka, dapan meningkatkan respons empati dan memberikan unsure-unsur yang dapat berguna bagi klien.
Orang membentuk nilai dengan melakukan interaksi dengan orang lain. Seringkali orang mentranmisikan nilai pada orang lain secara tidak sadar, dalam suatu bentuk kegiatan sehari-hari. Di lain waktu, nilai dibentuk dari transmisi yang disengaja, ketika orang berupaya untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.

C. KLARIFIKASI NILAI
Klarifikasi nilai adalah proses yang dilakukan individu dalam mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkan nilai diri mereka. Prinsip klarifikasi nilai adalah tidak ada satupun perangkat nilai yang dianggap benar bagi semua orang. Jika individu dapat mengidentifikasi nilai diri mereka, mereka dapat mempertahankan atau mengubahnyadan bertindak berdasarkan nilai yang dipilih secara bebas, bukan yang tidak disadari oleh mereka. Klarifikasi nilai menungkatkan pertumbuhan pribadi dengan membantu pengembangan kesadaran, empati, dan daya tilik diri. Oleh karena itu penting bagi perawat mengambil langkah ini dalam menghadapi masalah etik.
Salah satu teori klarifikasi nilai yang banyak digunakan dekembangkan oleh Raths, Harmin, dan Simon (1978). Mereka menguraikan “proses penilaian” terhadap pemikiran, perasaan, dan perilaku yang mereka istilahkan dengan “memilih”, “menghargai”, dan “bertindak”.
Mengklarifikasi Nilai Perawat
Perawat dan mahasiswa keperawatan perlu mengkaji nilai yang mereka anut mengenai kehidupan, kematian, kesehatan, dan penyakit. Satu strategi untuk memperoleh pemahaman mengenai nilai pribadi adalah mempertimbangkan sikap seseorang terhadap isu khusus, seperti aborsi dan eutanasia, dengan menanyakan, “apakah saya bisa menerima hal ini , atau hidup dengan situasi ini?” “mengapa hal ini mengganggu saya?” “apa yang akan atau ingin saya dilakukan dalam situasi seperti ini?”.
Mengklarifikasi Nilai Klien
Untuk merencanakan asuhan yang efektif, perawat prlu mengidentifikasi nilai klien karena nilai ini memengaruhi dan berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu. Sebagai contoh, klien yang mengalami gangguan mungkin sama menghargai kemampuan untuk melihat dan klien yang mengalami penyakit kronis sangat menghargai kenyamanan. Umumnya, orang membenarkan hal tersebut. Jika klien menganut nilai yang tidak jelas dan bertentangan, yang merugikan kesehatan mereka, perawat sebaiknya menggunakan klarifikasi nilai sebagai intervensi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

dedeelpu Design by Insight © 2009